Bagaimana
cara menghitung Breakeven Point (BEP) usaha anda ? (002/2011)
Bagaimana cara menghitung Breakeven
Point (BEP) usaha anda ? (002/2011)
Ketika anda ingin memulai sebuah
usaha, ada tiga hal pokok yang harus anda pertimbangan atau perhitungkan yaitu :
Produk, Modal dan Pasar. Dalam pembahasan kali ini karena
judulnya bagaimana cara menghitung BEP, maka pembahasan hanya difokuskan pada
modal. Adapun untuk 2 pokok lainnya akan dibahas dalam kesempatan yang lain.
Dengan memiliki modal anda akan
dapat membeli peralatan untuk berproduksi, membeli bahan baku, membayar gaji
pekerja dan membuat program marketing seperti halnya pemasangan iklan di media
massa baik cetak maupun elektronik.
Modal atau untuk lebih membumi,
marilah kita sebut modal menjadi uang. Sumber uang bagi anda seorang pengusaha
tentunya beragam untuk setiap orang seperti dari simpanan/tabungan, warisan
keluarga, pinjaman dari kerabat/sahabat dan pinjaman dari lembaga keuangan.
Pada umumnya sumber uang dari selain lembaga keuangan tidak terlalu ribet
dengan urusan administrasi dan studi kelayakan usaha, karena anda memiliki
hubungan kekerabatan dan emosional yang cukup dekat dengan sumbernya, sehingga
mereka akan sangat mempercayai anda.
Sebaliknya pinjaman yang diperoleh
dari lembaga keuangan baik itu bank dan non bank, ketika anda mengajukan
kredit, anda diwajibkan untuk memaparkan studi kelayakan usaha yang intinya
harus dapat menyakinkan pihak kreditor, bahwa usaha anda pantas untuk dibiayai
dan memiliki prospek yang positif. Salah satu indicator yang umum digunakan
oleh kreditor adalah tingkat Breakeven Point (BEP).
Selanjutnya untuk menyamakan
persepsi, mari kita bahas apa sebenarnya disebut dengan BEP. Dalam bahasa umum,
BEP dapat disebut juga sebagai Titik Pulang Pokok. Titik Pulang pokok
memiliki makna saat/kapan modal yang digunakan akan kembali. Dalam
menghitung “saat atau kapan” ini, ada dua metode penghitungan yang dapat
kita pilih yaitu saat jumlah produksi mencapai berapa unit dalam hal ini
disingkat dengan (Q) ? Atau saat total penjualan mencapai berapa harga
berapa rupiah atau disingkat dengan (P)?
Adapun rumus/formula dari dua metode
tersebut diatas adalah sebagai berikut :
1.
BEP-Unit
=
(Biaya Tetap) / (Harga per unit – Biaya Variable per Unit)
2.
BEP-Rupiah = (Biaya Tetap) /
(Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit)
Penjelasan Rumus :
a)
BEP Unit / Rupiah = Titik pulang pokok
b)
Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak
sedang berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan peratalan
usaha, biaya asuransi. Dll.
c)
Biaya Variable adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar, biaya listrik
dll
d)
Harga per unit adalah harga jual barang atau jasa yang dihasilkan.
e)
Biaya Variable per unit adalah total biaya variable dibagi dengan jumlah
unit yang di produksi atau dengan kata lain biaya rata-rata per unit.
f)
Margin Kontribusi per unit adalah selisih harga jual per unit dengan
biaya variable per unit.
Untuk lebih jelasnya marilah kita
aplikasikan rumus tersebut dalam contoh kasus dibawah ini :
Sebuah perusahaan yang diberi nama
“Usaha Maju” memiliki data-data biaya dan rencana produksi seperti berikut ini
:
1)
Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp.140juta yaitu terdiri dari :
Biaya Gaji Pegawai + Pemilik
= Rp.75,000,000
Biaya Penyusutan Mobil
Kijang
= Rp. 1,500,000
Biaya Asuransi
Kesehatan
= Rp.15,000,000
Biaya Sewa Gedung
Kantor
= Rp.18,500,000
Biaya Sewa
Pabrik
= Rp.30,000,000
2)
Biaya Variable per Unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari :
Biaya Bahan
Baku
= Rp.35,000
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
= Rp.25,000
Biaya
Lain
= Rp.15,000
3)
Harga Jual per Unit Rp.95,000.
Sekarang mari kita hitung berapa tingkat
BEP usaha tersebut baik dalam unit maupun dalam rupiah :
BEP unit adalah
= Biaya Tetap / (harga per unit –
biaya variable per unit)
= Rp.140juta / (Rp.95,000 –
Rp.75,000)
= Rp.140juta / Rp.20,000
= 7,000 unit
BEP Rupiah adalah
= Biaya Tetap / (Kontribusi Margin
per unit : Harga per unit)
= Rp.140 juta / (Rp.20,000 : Rp.
95,000)
= Rp.140juta / 0.2105
= Rp.665,083,135
Penjelasan perhitungan BEP :
Untuk dapat beroperasi dalam kondisi
BEP yaitu laba nol, perusahaan Usaha Maju Terus harus dapat menghasilkan produk
sebanyak 7,000 unit dengan harga Rp.95,000 unit, maka jumlah penjualannya akan
menjadi Rp.665,083,135.
Aplikasi BEP untuk penghitungan
target laba.
Dengan mengetahui kapan perusahaan
melewati tingkat BEP, maka anda sebagai manager atau pemilik Usaha Maju Terus
akan dapat menghitung berapa minimal penjualan untuk mendapatkan laba yang anda
targetkan, yaitu dengan cara menambahkan laba yang ditargetkan tersebut dengan
biaya tetap yang anda miliki.
Misalkan target laba anda sebulan
adalah Rp.75 juta, maka minimal penjualan yang anda harus capai adalah sebagai
berikut :
BEP – Laba = (Biaya Tetap + Target
Laba) / (Harga per unit – Biaya Variable per unit)
BEP – Laba = (Rp.140juta +
Rp.75juta) / (Rp.95,000 – Rp.75,000)
BEP – Laba = Rp.215juta / Rp.20,000
BEP – Laba = 10,750 unit atau
BEP – Laba = Rp.1,021,250,000
(10,750 unit x Rp.95,000)
Mari kita buktikan perhitungan
tersebut diatas, apakah benar dengan menjual sebanyak 10,750 unit Usaha Maju
Terus akan mendapatkan laba sebesar Rp.75,000,000.
A
|
Penjualan (10,750 unit x
Rp.95,000)
|
Rp.1,021,250,000
|
||
B
|
Dikurangi :
|
|||
1. Biaya Tetap
|
Rp.140,000,000
|
|||
2. Biaya Variable (10,750 x
Rp.75,000)
|
Rp.806,250,000
|
|||
Total Biaya
|
Rp. 946,250,000
|
|||
C
|
Laba / (Rugi)
|
Rp.
75,000,000
|
||
Terbuktikan…!
Efek perubahan
“sales-mix” terhadap BEP
- Sales-mix untuk
mencari break-even point dari dua atau lebih produk yang dihasilkan perusahaan.
- Apabila ada
perubahan sales-mix, maka BEP-nya secara totalitas akan berubah.
- Perhitungannya
dengan cara mencari break-even point satu jenis produk karena adanya variable
cost dan harga jual per unit yang berbeda dari masing-masing jenis produk.
Contoh:
Perusahaan “IndoJaya”
bergerak dalam bidang produksi “kain batik” dan “stagen” merencanakan perluasan
daerah pemasarannya.
Penjualan kain batik
direncanakan sebesar 25.000 unit @ Rp 3.500 dan stagen sebesar 15.000 unit @ Rp
1.000.
Variable cost untuk
setiap jenis produk adalah Rp 2.000 per unit kain batik, dan Rp 600 per unit
stagen.
Fixed cost untuk kedua
jenis produk tersebut adalah Rp 28.275.000.
Hitunglah break-even
point untuk kedua jenis produk tersebut!
Keterangan
Kain Batik
Stagen
Total
Penjualan
87.500.000
15.000.000
102.500.000
Fixed Operation
Cost
-
-
28.275.000
Variabel Operating
cash
50.000.000
9.000.000
59.000.000
28.275.000
(102.500.000-59.000.000)/102.500.000
= Rp. 66.625.000,- (pembulatan)
Margin of Safety (MoS)
Margin of Safety adalah batas keamanan yang menyatakan sampai seberapa jauh
volume penjualan yang dianggarkan boleh turun agar perusahaan tidak menderita
rugi atau dengan kata lain, batas maksimum penurunan volume penjualan yang
dianggarkan, yang tidak mengakibatkan kerugian.
Misalnya margin of safety ditemukan 30%, artinya realisasi penjualan
dipertahankan jangan sampai turun lebih dari 30%. Apabila realisasi penjualan
turun lebih dari 30%, maka perusahaan akan menderita kerugian, sedang bila
penurunan sampai 30% perusahaan dalam kondisi Break even yang digunakan untuk
mencari tingkat keamanan atau MoS adalah sebagai berikut.
1.penjualan MoS yang
direncanakan
MoS = Penjualan per
budget x 100
Penjualan per titik impas
2. Penjualan MoS
MoS = penjualan per
budget – penjualan per titik impas x 100
penjualan per budget
Mencari Margin of
safety :
sales budget/rencana
penjualan = 50 juta
penjualan per BEP =
37,5 juta
= 133,33 %
Hal ini berarti bahwa
tingkat penjualan perusahaan tersebut tidak boleh turun lebih dari 33,33 % dari
penjualan break even.
33,33 % X Rp 37 500
000= Rp 12.500.000,-
Realisasi penjualan
tidak boleh turun lebih dari Rp. 12.500.000,- dari penjualan yang direncanakan.
Atau bisa juga
dihitung :
(sales budget-sales
BE)/sales budget
(Rp 50 juta- Rp 37,50
juta)/Rp 50 juta= 25 %
Artinya penjualan
tidak boleh turun lebih dari 25 % penjualan yang direncanakan.
25 % X Rp 50 juta = Rp
12 500 000,-
Realisasi penjualan
tidak boleh turun lebih dari Rp. 12.500.000,- dari penjualan yang direncanakan.
Degree of Operating
Leverage (DOL)
Financial Leverage adalah kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang
mempunyai beban tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT terhadap
perubahan EPS, sehingga dapat disimpulkan maksud dari analisis financial
leverage adalah serangkaian proses perhitungan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam mengguanakan dana yang mempunyai beban tetap untuk
memperbesar pengaruh perubahan EBIT terhadap perubahan EPS. Semakin besar dana
yang berasal dari luar yang disertai dengan beban keuangan tetap, maka akan
semakin besar pula beban keuangan yang harus dibayar.
Menurut Warsono
(2003:217) ada 2 macam biaya keuangan tetap yang dapat ditemukan dalam
perusahaan, yaitu :
1.Bunga atas utang,
dan
2.Dividen saham
preferen.
Kedua biaya tersebut
harus tetap dibayar tanpa menghiraukan jumlah EBIT yang tersedia untuk
membayarnya.
Leverage operasi
Menurut warsono (2003:213) operating leverage dapat didefinisikan sebagai
penggunaan potensial biaya-biaya operasi untuk memperbesar pengaruh perubahan
dalam penjualan terhadap laba sebelum bunga dan pajak perusahaan. Berarti,
analisis leverage operasi digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam menggunakan biaya operasi tetap untuk memperbesar pengaruh
perubahan volume penjualan terhadap EBIT.
Masalah Finansial
Leverage
Masalah financial leverage baru timbul setelah perusahaan meggunakan
dana dengan beban tetap, seperti halnya masalah operating leverage baru timbul
setelah perusahaan dalam operasinya mempunyai biaya tetap. Perusahaan yang
menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang
menguntungkan (favorable financial leverage) .
Rasio Leverage
Rasio leverage ada 2
macam :
1. Rasio utang
terhadap ekuitas
Untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjam, kita dapat
menggunakan beberapa rasio utang (debt ratio) yang berbeda. Rasio utang
terhadap ekuitas dapat dihitung dengan membagi total hutang perusahaan
(termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang saham. Rumus :
Rasio hutang terhadap
ekuitas = total hutang : ekuitas pemegang saham
2. Rasio hutang
terhadap total aktiva
Rasio hutang terhadap total aktiva didapat dari membagi total hutang dalam
perusahaan dengan total aktivanya. Rumus :
Rasio hutang terhadap
total aktiva = total hutang : total aktiva
Perhitungan Tingkat
Leverage operasi secara aljabar
Tingkat leverage
operasi = perubahan presentase laba operasi
perubahan % unit yang
terjual
atau pendapatan total
Contoh Soal :
Diketahui
Mesin
A
Mesin B
Penjualan
2.500.000
2.500.000
Biaya
Variabel
2.500.000
2.500.000
Kontribusi
Margin
2.000.000
1.500.000
Biaya
Tetap
500.000
1.000.000
EBIT
100.000
500.000
1. Berapakah degree of
operating leverage (DOL) Cv. Sekar Adina untuk mesin A?
Jawab :
Degree of Operating Leverage (DOL)
DOL = S-BV
= Qx(P-V)
Dimana:
S-BV-T
Qx(P-V)-BT
Q= jumlah unit produk
P= harga jual per unit
V= biaya variabel per unit
T= biaya tetap
Pemecahan:
DOL
= S-BV =
Qx(P-V)
S-BV-T Qx(P-V)-BT
DOL = 00x(5000-4000)
= 1,25
5000x(5000-4000)-100.000
2. Berapakah degree of
operating (DOL) Cv. Sekar Adina untuk mesin B?
Jawab :
Degree of Operation Leverage (DOL)
DOL = S-BV
=
Qx(P-V)
Dimana:
S-BV-T
Qx(P-V)-BT
Q= jumlah unit produk
P= harga jual per unit
V= biaya variabel per unit
T= biaya tetap
Pemecahan:
DOL
= S-BV
= Qx(P-V)
S-BV-T Qx(P-V)-BT
DOL =
_500x(5000-3000)
= 2
5000x(5000-3000)-500.000
3. Berapakah Degree of
Financial Leverage (DFL) Cv. Sekar Adina untuk mesin A, bila diketahui mesin A
menanggung biaya bunga sebesar Rp. 100.000 dan beban pajak 40%?
Jawab :
Degree of Financial Leverage
(DFL)
Dimana:
DFL = EBIT =
Qx(P-V)-BT
Q= jumlah unit produk
EBIT-I
Qx(P-V)-BT-I
P= harga jual per unit
V= biaya variabel per unit
T= biaya tetap
I= biaya bunga
4. Berapakah Degree of
Financial Leverage (DFL) Cv.Sekar Adina untuk mesin A, bila diketahui mesin A
menanggung biaya bunga sebesar Rp. 300.000 dan beban pajak 40%?
Jawab :
Degree of Financial Leverage (DFL)
DFL = EBIT
= Qx(P-V)-BT
Dimana:
EBIT-I
Qx(P-V)-BT-I
Q= jumlah unit produk
P= harga jual per unit
V= biaya variabel per unit
T= biaya tetap
I= biaya bunga
Mesin A
Penjualan
2.500.000
Biaya
variabel
1.500.000
Kontribusi
margin
1.000.000
Biaya
tetap
500.000
EBIT
500.000
Biaya
bunga
300.000
EBT
200.000
Pajak
40%
80.000
EAT
120.000
Pemecahan:
DFL
= EBIT =
Qx(P-V)-BT
EBIT-I Qx(P-V)-BT-I
DFL
=
_500.000
= 2,5
500.000-300.000
_500x(5000-3000) = 2
BalasHapus5000x(5000-3000)-500.000
Dapet dr mana ya
_500x(5000-3000) = 2
BalasHapus5000x(5000-3000)-500.000
Dapet dr mana ya
_500x(5000-3000) = 2
BalasHapus5000x(5000-3000)-500.000
Dapet dr mana ya