Penelitian menemukan bahwa wanita yang menjalani tubektomi biasanya
memberikan nilai lebih tinggi untuk kehidupan seks mereka. Sebesar 36
persen dilaporkan "sangat tinggi kepuasan seksualnya”. Kepuasan tersebut
hanya dirasakan 30 persen wanita yang tidak menjalani tubektomi.
Tidak
jelas mengapa wanita tubektomi umumnya memiliki fungsi seksual lebih
baik. Tapi, peneliti mencatat bahwa wanita dan pasangannya lebih
menikmati seks karena mereka bebas dari kecemasan atas potensi kehamilan
yang tidak direncanakan.
Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu
tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak
terbatas yang dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami
isteri atas permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela.
Kontap dapat diikuti baik oleh wanita maupun pria. Tindakan kontap pada
wanita disebut kontap wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita ) atau
tubektomi, sedangkan pada pria MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi.
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita)
atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur
agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma.
Kontrasepsi mantap
pada pria atau MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi., yaitu tindakan
pengikatan dan pemotongan saluran benih agar sperma tidak keluar dari
buah zakar.Sterilisasi adalah kontrasepsi permanen yang hanya
diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki
anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen karena metode
kontrasepsi ini tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian Anda
ingin punya anak. Sterisilisasi adalah KB yang 99% efektif. Hanya 1 dari
200 wanita yang disterilisasi namun kemudian hamil. Pada kasus yang
sangat jarang terjadi itu, tuba falopi wanita kembali menyambung setelah
dipotong atau ditutup.
Kata tubektomi berasal dari tuba dan ektomi,
tuba = saluran telur wanita ektomi = membuang / mengangkat. Namun
sekarang definisi ini sudah diperluas dengan pengertian sterilisasi
tuba. Tubektomi adalah metode kontrasepsi permanen di mana saluran tuba
di blokir sehingga sel telur tidak bisa masuk ke dalam rahim. Tubektomi
adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan)
seseorang perempuan secara permanen. Tubektomi adalah kontrasepsi
permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin
atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen
karena metode kontrasepsi ini tidak dapat dibatalkan (reversal) bila
kemudian Anda ingin punya anak.
Tubektomi adalah prosedur bedah
sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan
secara permanen (Saifuddin, 2003). Tubektomi adalah setiap tindakan pada
kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang tidak akan mendapat
keturunan lagi (Prawirohadjo, 2002).
B. SARAN PARTISIPASI
Seminar
Kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta (18 – 19 Desmber 1972)
mengambil kesimpulan, sebaliknya tubektomi sukarela dilakukan pada
wanita yang memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup.
2. Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup.
3. Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup.
Pada
konferensi khusus perkumpulan untuk sterilisasi sukarela Indonesia di
Medan (3 – 5 Juni 1976) dianjurkan pada umur antara 25 – 40 tahun,
dengan jumlah anak sebagai berikut :
1. Umur antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih.
2. Umur antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih.
3. Umur antara 35 – 40 tahun dengan 1 anak atau lebih.
Umur
suami hendaknya sekurang-kurangnya 30 tahun, kecuali apabila jumlah
anak telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan itu.
C. KEUNTUNGAN
1. KONTRASEPSI
a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
b. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
c. Tidak bergantung pada faktor senggama
d. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risik kesehatan yang serius
e. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
f. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
g. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)
2. NON-KONTRASEPSI
Berkurangnya risiko kanker ovarium.
Ada
beberapa penelitian menunjukkan bahwa tubektomi menyebabkan siklus
menstruasi menjadi tidak teratur dan nyeri saat menstruasi tapi ini
terjadi pada tubektomi cara lama. Malahan tubektomi terbukti mengurangi
resiko kanker ovarium selama 20 tahun setelah operasi.
D. KERUGIAN
a.
Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali), kecuali dengan rekanalisasi. Bila situasi Anda
berubah dan ingin punya anak, peluang Anda sangat kecil. Oleh karena
itu, pertimbangkan baik-baik bila Anda akan menjalani operasi ini.
Jangan memutuskan ketika Anda sedang kalut atau krisis, misalnya setelah
keguguran atau melahirkan. Rumah sakit biasanya mensyaratkan tanda
tangan suami bila Anda akan menjalani operasi ini, tetapi itu bukanlah
persyaratan yang wajib. Bila Anda memiliki keraguan, diskusikan dengan
dokter dan pasangan Anda.
b. Klien dapat menyesal di kemudian hari
c. Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
e. Dilakukan oleh dokter terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi untuk proses laparoskopi)
f. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
E. MEKANISME KERJA
Dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
F. SYARAT KEIKUTSERTAAN
Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat, yaitu:
1. Sukarela
Setiap
calon peserta kontap harus secara sukarela menerima pelayanan kontap;
artinya sedcara sadar dan dengan kemauan sendiri memilih kontap sebagai
cara kontrasepsi
2. Bahagia
• Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia; artinya :
•
calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan
telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan
jasmani
• Bila hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang terkecil paling sedikit umur sekitar 2 tahun
• umur isteri paling muda sekitar 25 tahun
2. Kesehatan
Setiap
calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan; artinya tidak
ditemukan adanya hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontap.
Oleh karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih dahulu
kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah cukup sehat untuk
dikontap atau tidak. Selain itu juga setiap calon peserta kontap harus
mengikuti konseling (bimbingan tatap muka) dan menandatangani formulir
persetujuan tindakan medik (Informed Consent)
G. KONTRAINDIKASI
a. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
b. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
c. Tidak boleh menjalani proses pembedahan
d. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
e. Belum memberikan persetujuan tertulis
f. Menderita tekanan darh tinggi
g. Kencing manis (diabetes)
h. Penyakit jantung
i. Penyakit paru-paru
j. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi)
k. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol)
H. WAKTU
a. Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tidak hamil
b. Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
c.
Pascapersalinan; minilap di dalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu
atau 12 minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien pascapersalinan
d. Pascakeguguran; Triwulan pertama (minilap atau laparoskopi), Triwulan kedua (minilap saja)
I. PROSEDURAL
a. Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
b. Informed consent harus diperoleh dan standard consent form harus ditanda-tangani oleh klien sebelum prosedur dilakukan
J. PENATALAKSANAAN
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap wanita adalah:
1.
Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau sekurang-kurangnya 6 jam
sebelum operasi. Bagi calon akseptor yang menderita Maag (kelaianan
lambung agar makan obat maag sebelum dan sesudah puasa
2. Mandi dan membersihkan daerah kemaluan dengan sabun mandi sampai bersih, dan juga daerah perut bagian bawah
3. Tidak memakai perhiasan, kosmetik, cat kuku, dll
4. Membawa surat persetujuan dari suami yang sudah ditandatangani atau di cap jempol
5. Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu
6. Datang ke rumah sakit tepat pada waktunya, dengan ditemani anggota keluarga; sebaiknya suami.
7. Yang pasti adalah anda harus dalam keadaan tidak hamil sebelum operasi dilakukan.
Bila
sterilisasi dilakukan saat operasi Caesar atau saat masa nifas, maka
tidak perlu khawatir akan resiko kehamilan. Tapi bila di luar masa itu
maka hal yang perlu dipersiapkan adalah :
• Kontrasepsi sebelumnya terus dipertahankan hingga hari operasi
• Jangan melakukan hubungan seksual minimal 4 hari sebelum operasi
• Tes kehamilan negative sebelum operasi
• Sebaiknya operasi dilakukan saat satu minggu setelah menstruasi
• Puasa minimal 6 jam sebelum operasi dilakukan
Tubektomi
adalah Kemudian minilaparotomy adalah tekhnik dengan sayatan sebesar
3cm di atas pubis anda, untuk kemudian kemudian dilakukan ligasi tuba.
Minilaparotomy dapat dilakukan dokter terlatih dengan biaya lebih murah,
hanya saja parut luka yang dihasilkan cukup besar.Sedangkan laparoskopi
harus dilakukan spesialis kebidanan dan biaya lebih mahal, tetapi luka
parut yang dihasilkan kecil bahkan nyaris tak terlihat dan penyembuhan
lebih cepat. proses sterilisasi dengan cara mengikat saluran telur
(tuba falopi). Ada 4 cara melakukan tubektomi yaitu :
• Sterilisasi
tuba yang dilakukan saat operasi Sectio Caesar atau operasi perut
lainnya. Biasanya pilihan anestesinya adalah anestesi spinal pada SC.
•
Minilaparotomy postpartum setelah persalinan pervaginam. Biasanya
dilakukan 12-24 jam setelah persalinan dengan anestesi local dan sedasi
ringan bila perlu.
• Minilaparotomy interval. Sterilisasi di luar masa nifas. (sama dengan atas)
•
Laparoskopi. Dapat dilakukan 6-8minggu setelah persalinan, atau setelah
abortus atau kapanpun pasien siap. Anestesi yang digunakan adalah bius
umum.
Laparotomi
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagai
tindakan khusus guna tubektomi. Di sini penutupan tuba dijalankan
sebagai tindakan tambahan apabila wanita yang bersangkutan perlu dibedah
untuk keperluan lain. Misalnya, pada wanita yang perlu dilakukan seksio
sesarea, kadang-kadang tuba kanan dan kiri ditutup apabila tidak
diinginkan bahwa ia hamil lagi.
Laparotomi postpartum
Laparotomi
ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya ialah bahwa waktu
perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pascaopera¬si,
dan oleh karena uterus masih besar, cukup dilakukan sayatan kecil dekat
fundus uteri untuk mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan dilakukan
dengan sayatan semi lunar (bulan sabit) di garis tengah distal dari
pusat dengan panjang kurang-lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya
diselenggarakan dengan cara Pomeroy.
Minilaporotomi
Laparotomi
mini dilakukan dalam mass interval. Sayatan dibuat di garis tengah di
atas simfisis sepanjang 3 cm sampai menembus peritoneum. Untuk mencapai
tuba dimasukkan alas khusus (elevator uterus) ke dalam kavum uteri.
Dengan bantuan alas ini uterus bilamana dalam retrofleksi dijadikan
letak antefleksi dahulu dan kemudian didorong ke arah lubang sayatan.
Kemudian, dilakukan penutupan tuba dengan salah satu cara.
Laparoskopi
Mula-mula
dipasang cunam serviks pada bibir depan porsio uteri, dengan maksud
supaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal itu diperlukan pada
waktu laparoskopi. Setelah dilakukan persiapan seperlunya, dibuat
sayatan kulit di bawah pusat sepanjang lebih 1 cm. Kemudian, di tempat
luka tersebut dilakukan pungsi sampai rongga peritoneum dengan jarum
khusus (jarum Veres), dan melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum
dengan memasukkan CO2 sebanyak 1 sampai 3 liter dengan kecepatan
kira-kira 1 liter permenit. Setelah pneumoperitoneum dirasa cukup, jarum
Veres dikeluarkan dan sebagai gantinya dimasukkan troikar (dengan
tabungnya). Sesudah itu, troikar diangkat dan dimasukkan laparoskopi
melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan uterus dan adneks,
penderita diletakkan dalam posisi Trendelenburg dan uterus digerakkan
melalui cunam serviks pada porsio uteri. Kemudian, dengan cunam yang
masuk dalam rongga peritoneum bersama-sama dengan laparoskop, tuba
dijepit dan dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi, atau dengan
memasang pada tuba cincin Yoon atau cincin Falope atau clip Hulka.
Berhubung dengan kemungkinan komplikasi yang lebih besar pada
kauterisasi, sekarang lebih banyak digunakan cara-cara yang lain.
Kuldoskopi
Wanita
ditempatkan pada posisi menungging (posisi genupektoral) dan setelah
spekulum dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus
ditarik ke luar dan agak ke atas, tampak kavum Douglasi mekar di antara
ligamentum sakro-Aterinum kanan dan kiri sebagai tanda bahwa tidak ada
perlekatan. Dilakukan pungsi dengan jarum Touhy di belakang uterus, dan
melalui jarum tersebut udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga
perut. Setelah jarum diangkat, lubang diperbesar, sehingga dapat
dimasukkan kuldoskop. Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan adneksa dan
dengan cunam khusus, tuba dijepit dan ditarik ke luar untuk dilakukan
penutupannya dengan cara Pomeroy, cara Kroener, kauterisasi, atau
pemasangan cincin Falope.
Cara penutupan tuba
Cara Madlener
Bagian
tengah dari tuba diangkat dengan cunam Pean, sehingga terbentuk suatu
lipatan terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan
cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang
tidak dapat diserap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba.
Sekarang cara Madlener tidak dilakukan lagi oleh karena angka
kegagalannya relatif tinggi, yaitu 1% sampai 3%.
Cara Pomeroy
Cara
Pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian
tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian
dasarnya, diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba di atas dasar
itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba
akhirnya terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara
0-0,4%.
Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung
proksimal dari tuba ditanamkan ke dalam, miometrium, sedangkan ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
Cara Aldridge
Peritoneum
dari ligamentum Tatum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersama-sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.
Cara Uchida
Pada
cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampulla tuba
dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah
serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut
mengembung. Lalu dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut.
Serosa dibebaskan dan tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan
setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang
proksimal akan tertanam dengan sendirinya di bawah serosa, sedangkan
Ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar serosa. Luka sayatan
dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.
Cara Kromer
Bagian
fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan
benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria.
jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain
mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh
finbria dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba
dikembalikan ke dalam rongga perut. Teknik ini banyak digunakan.
Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat kecilnya kemungkinan
kesalahan mengikat ligamentum rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
K. PELAYANAN
Tempat pelayanan Tubektomi
1. Rumah sakit umum/Swasta /ABRI
2. Puskesmas yang memiliki ruang operasi (OK)
3. Klinik KB yang memiliki ruang operasi (OK)
Pelayanan
Minilaparotomi tubektomi bisa didapatkan di klinik pelayanan KB yang
memilki tenaga ahli dan rumah sakit manapun. Taksiran biayanya adalah 1
hingga 2 juta rupiah. Kadang-kadang pemerintah mengadakan layanan
kontrasepsi gratis ataupun melalui program Gakin untuk rakyat kurang
mampu. Sedangkan pelayanan laparoskopi tubektomi bisa didapatkan di
setiap rumah sakit yang menyediakan layanan laparoskopi dan biayanya
tergantung rumah sakit dan kelas yang anda pilih
L. KOMPLIKASI
Tubektomi
terbukti aman, resiko komplikasi hanya sebesar 1,7 per 100 kasus
tubektomi. Resiko meningkat bila sebelumnya anda menderita pelvic
inflammatory disease (PID), diabetes melitus, obesitas, dan riwayat
operasi perut sebelumnya. Komplikasi yang mungkin muncul :
• Perdarahan
• Perlengketan (adhesi) organ intraabdomen
• Salphyngitis (radang saluran tuba).
• Cidera organ perut
Bila timbul panas, nyeri perut dan keluar cairan atau darah dari bekas sayatan, maka sebaiknya anda segera ke dokter.
M. PERAWATAN PASCA OPERASI
Tubektomi
termasuk one day care, artinya dari proses masuk, operasi hingga pulang
hanya membutuhkan waktu satu hari. Hal yang harus diperhatikan :
• Istirahat dan jaga luka sayatan bersih dan kering selama 2 hari
•
Hindari hubungan seksual selama 1 minggu. Bila sesudah itu masih merasa
tidak nyaman, maka dapat ditunda dulu. Senggama boleh dilakukan setelah
1 minggu, yaitu setelah luka operasi kering. Tetapi bila tubektomi
dilaksanakan setelahmelahirkan atau kegugurang, senggama baru boleh
dilakukan setelah 40 hari
• Jangan mengangkat beban berat atau menekan daerah operasi setidaknya 1 minggu setelah operasi.
• Bila terdapat tanda-tanda kehamilan, segera periksakan diri ke dokter atau bidan.
• kebersihan harus dijaga terutama daerah luka operasi jangan sampai terkena air selama 1 minggu (sampai benar -benar kering)
• Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur sesuai petunjuk
N. PANDANGAN ISLAM
Syari’at
yang hanif menganjurkan untuk melahirkan anak-anak dan memperbanyak
keturunan sehingga Nabi Syua’ib mengingatkan kaumnya akan nikmat ini,
firman Allah swt
وَاذْكُرُواْ إِذْ كُنتُمْ قَلِيلاً فَكَثَّرَكُمْ
Artinya : “dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu.” (QS. Al A’raf : 86)
Didalam
hadits yang diriwayatkan dari Ma’qol bin Yasar bahwasanya Nabi saw
bersabda,”Nikahilah wanita-wanita yang pencinta dan bisa beranak banyak.
Sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya umatku dihadapan umat-umat
lain.” (HR. Abu Daud yang dishohihkan oleh al Bani).
Menghentikan kehamilan secara permanen itu mempunyai dua keadaan :
1.
Apabila hal itu dikarenakan sesuatu yang darurat seperti telah
dinyatakan oleh dokter yang bisa dipercaya bahwa kehamilannya akan
bedampak pada kematian ibu dan pengobatan terhadapnya sudah tidak
mungkin lagi dan diputuskan bahwa penghentian kehamilan secara totral
adalah solusi dari bahaya tersebut maka diperbolehkan saat itu untuk
menghentikan kelahiran secara total.
2. Apabila hal itu bukan
dikarenakan sesuatu yang darurat maka tidak disangsikan lagi bahwa
perbuatan itu merupakan kejahatan dan dosa besar karena dia dianggap
sebagai penganiayaan terhadap makhluk Allah tanpa suatu sebab,
menghentikan keturunan yang begitu dicintai Nabi saw serta tidak
bersyukur terhadap nikmat seorang anak yang dianugerahkan Allah kepada
makhluknya.
Disebutkan didalam ‘al Inshof” ; dia berkata didalam “al Faiq”,”Tidak dibolehkan menghentikan kehamilan.” (1/383)
Lembaga Fiqih Islam dalam keputusannya no 39 (1/5) adalah sebagai berikut :
Diharamkan
memusnahkan kemampuan untuk melahirkan baik pada laki-laki maupun
perempuan, yaitu apa yang dikenal dengan vasektomi atau tubektomi selama
tidak ada sesuatu yang darurat menurut standar-standar islam.
Dibolehkan
pengaturan secara temporer dalam kelahiran dengan maksud menjarangkan
kehamilan atau menghentikannya untuk beberapa waktu tertentu apabila
kebutuhan yang dibenarkan syari’ah menuntut hal demikian sesuai dengan
kesanggupan suami isteri melalui musyawarah dan keredhoan diantara
keduanya dengan syarat tidak membawa kepada kemudharatan serta dengan
cara yang disyariatkan dan tidak membahayakan bagi kehamilannya nanti.
Kalau
begitu, apabila penghentian kehamilan yang anda lakukan karena sesuatu
yang darurat lagi mendesak maka tidak ada dosa bagi anda untuk
melakukannya. Adapun bukan untuk sesuatu yang darurat maka anda telah
jatuh kedalam yang haram maka anda harus bertaubat dengan taubat nashuha
kepada Allah swt dan segera menghentikannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar